Soal Kadrun, Haris Pertama: Label yang BuzzerRp Lakukan Demi Dapatkan Uang ke Kakak Pembina

Soal Kadrun, Haris Pertama: Label yang BuzzerRp Lakukan Demi Dapatkan Uang ke Kakak Pembina

BeritakanID.com - Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Haris Pertama turut berkomentar soal label “kadrun” yang kerap disematkan beberapa pihak kepada orang atau kelompok tertentu.

Haris Pertama mengatakan bahwa label “kadrun” disematkan buzzerRp demi mendapatkan uang ke Kakak Pembina.

“Itu label yang BuzzerRP lakukan demi mendapatkan uang ke kakak pembina,” kata Haris Pertama, sebagaimana dikutip dari akun Twitter pribadinya pada Kamis, 21 April 2022.

Sebelumnya, melalui artikel berjudul “Indonesia Tunggal Ika” yang diterbitkan di situs Muhammadiyah, Haedar Nashir menyinggung soal label kadrun.

Dalam artikel tersebut, Haedar mengaku merasakan bangsa ini tertular virus permbelahan yang mengarah pada perpecahan setelah dua kali Pemilu, yakni Pemilu 2014 dan 2019.

Menurutnya, hal ini bermula dari pilihan politik yang berbeda, kemudian berubah menjadi pembelahan politik dan ideologis.

“Label kadrun masih terus diproduksi disertai aura anti-Arab yang beririsan dengan anti-Islam tertentu. Sama halnya dengan label Komunis di seberang lain,” katanya.

Haedar Nashir melanjutkan bahwa dunia keagamaan terbawa arus sentimen pembelahan bernuansa konflik politik-ideologis itu, yang bertemali dengan berbagai faktor yang saling beririsan.
Sentimen keagamaan itu, lanjutnya, baik dibawa oleh sebagian umat beragama yang terlampau jauh membawa agama pada sengketa politik maupun pihak lain yang tidak suka agama dilibatkan dalam urusan politik.

“Sentimen ras dan kesukuan pun sama terangkat dalam isu pembelahan politik Pemilu itu,” katanya.

Haedar Nashir menilai bahwa sejumlah kasus dan gesekan yang melibatkan kedua aspek tersebut menyeruak ke permukaan ketika suasana Pemilu, khususnya untuk Pemilihan Presiden memanas pada masa dan sesudah kontestasi politik itu berlangsung.

Ia juga melihat bahwa rekam jejak media digital dapat dirujuk pada dua isu panas tersebut, yang mengingatkan pada konflik politik-ideologis era 1955-1965.

“Isu radikalisme, terorisme, intoleransi, dan kebhinekaan kian menambah tajam arena pembelahan politik-ideologis,” katanya.

Menurutnya, pro-kontra dan tarik-menarik pemikiran maupun maupun kontradiksi di sekitar isu-isu sensitif tersebut terus berlangsung.

“Semua sungguh merugikan dan tidak ada yang diuntungkan oleh juali-beli isu-isu sensitif bernuansa SARA dan ideologis tersebut,” kata Haedar Nashir.

Sumber: terkini

TUTUP
TUTUP