BeritakanID.com - Klaim pengendalian inflasi dalam negeri sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo dalam sidang tahunan MPR RI, Selasa kemarin tidak sepenuhnya berkat strategi unggul pemerintah.
Ekonom senior Rizal Ramli mengatakan, komoditas dan energi dalam negeri naik dalam setahun terakhir karena adanya lonjakan permintaan pasca-covid (pent-up demand) dan perang Ukrania.
Bahkan RR, sapaan Rizal Ramli, menilai Indonesia beruntung karena mendapat keuntungan dadakan (windfall profit).
"Keuntungan itu akibat faktor eksternal (externally-driven growth), bukan hasil dari strategi yang unggul, peningkatan nilai tambah, atau efisiensi ekonomis," tegas Rizal Ramli kepada redaksi, Rabu (17/8).
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun 2022 yang tercatat berada di angka 5,5 persen terbilang kecil bila merujuk kondisi Indonesia yang kaya dengan komoditi dan sumber daya alam.
Menko Ekonomi dan Industri era Presiden Gus Dur ini membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan beberapa negara lain, seperti Vietnam yang tumbuh 7,7 persen dan Filipina 7,4 persen.
Baca Juga
- Viral Gus Miftah Berkata Kasar ke Penjual Es Teh saat Pengajian, Padahal "Digaji Rakyat" Rp18 Juta per Bulan
- Aipda Robig Tembak Siswa SMK, Kronologi Versi Kapolres dan Propam Berbeda di RDP dengan Komisi III DPR
- Ketahuan Bohong, Aipda Robig Tembak Mati Siswa SMK Bukan karena Tawuran tapi Kesal Dipepet
Padahal, kedua negara tersebut tidak memiliki sumber daya alam sekaya Indonesia.
"Ini menunjukan bahwa ekonomi mereka memiliki nilai tambah dan effisiensi yang lebih tinggi," tegas RR.
Di sisi lain, keuntungan dadakan Indonesia juga diklaim hanya menguntungkan oligarki komoditi dan tambang.
"Sedangkan kehidupan mayoritas rakyat masih sangat susah, terlihat dari Gini Index yang turun dari 0,381 menjadi 0,384. Rakyat juga dibebani dengan kenaikan harga listrik, BBM, biaya sekolah," tandasnya.
Sumber: RMOL