BeritakanID.com - Pengamat sepak bola Joseph Erwiyantoro atau akrab disapa Mbah Cocomeo menyayangkan pernyataan PSSI yang mengatakan Jakarta International Stadium belum siap menggelar pertandingan FIFA. Dia menilai di bawah kepemimpinan Iwan Bule, induk organisasi kulit bundar justru tidak mempunyai arah yang jelas.
“Iwan Bule dan kawan-kawan di PSSI tidak pantas mengurus sepak bola,” kata Mbah Cocomeo kepada KBA News, Rabu, 14 September 2022.
Cocomeo menulis status di halaman Facebook akun @Cocomeo News pada 11 September. Dalam statusnya, dia menulis “Di Indonesia, versi mBah Coco, hanya dua stadion yang sesuai standart FIFA. Yaitu, Stadion Gelora Bung Karno Senayan, dan Jakarta International Stadium. Yang lain, FIFA KW-2. Sumpeh!”
Cocomeo menjelaskan dalam hal JIS, Iwan Bule justru membawa masalah ini ke ranah politik. Ini dilakukan karena dia mempunyai keinginan maju sebagai calon Gubernur Jawa Barat. “Iwan Bule memaksa dirinya mau maju Jabar 1, tapi dengan cara menjatuhkan Anies,” ujar Cocomeo.
Cocomeo menjelaskan soal ketidakcakapan manajemen PSSI di bawah kepemimpinan Iwan Bule sudah akut. Dia persimistis meskipun posisi Iwan diganti situasi akan berubah. “Hampir 90 persen pengurus PSSI dan pemilik suara sudah dibeli Iwan Bule dan kawan-kawan,” tutur Cocomeo.
Pemindahan lokasi pertandingan FIFA matchday Timnas Indonesia vs Curacao, 27 September 2022 dari Jakarta International Stadium (JIS) tentu saja menuai kontroversi dan menganggap PSSI ikut-ikutan terlibat politik “asal bukan Anies”.
“Akal sehat kita sulit membandingkan Stadion Pakansari dengan JIS yang disebut PSSI belum layak menggelar pertandingan sekelas FIFA Matchday,” jelas Ketua Umum Konfederasi Nasional Relawan Anies (KOREAN), Muhammad Ramli Rahim, dalam keterangannya, Rabu, 14 September 2022.
“Menyebut Stadion Pakansari yang terlihat tergenang air saat dan setelah hujan dengan rumput yang tentu saja rusak akan membuat masyarakat Indonesia terbahak-bahak membandingkannya dengan JIS,” sambungnya.
Apalagi, alasan yang dikemukakakan PSSI pun cenderung mengada-ada, yang menyebutkan perimeter tribune perlu dikaji ulang, pagar perimeter di bawah concourse barat tidak kokoh, dan sarana prasarana pendukung seperti kantung parkir, transportasi umum, dan jalan akses menuju stadion belum sesuai standar.
Ramli menegaskan FIFA selalu mendampingi mulai dari proses perencanaan hingga peresmian JIS. “Maka memang menjadi sangat lucu jika tiba-tiba PSSI menyebutnya tak layak,” kata Ramli.
Bahkan peraturan FIFA terbaru yang mengharuskan desain stadion modern untuk memperhatikan isu keberlanjutan lingkungan juga dipenuhi JIS. Saat ini JIS sudah terintegrasi dengan Bus Rapid Transit (BRT) dan selanjutnya terintegrasi dengan Commuter Line dan LRT Jakarta.
“Stadion modern standar FIFA kini dirancang untuk masa depan yang perlu memperhatikan keberlanjutan. Salah satunya mengupayakan untuk terintegrasi dengan angkutan publik,” ujar dia.
Stadion di Eropa pun demikian. Santiago Bernabeu, markas klub Real Madrid di Spanyol misalnya, pasca direnovasi hanya menyisakan kurang lebih 500 kantong parkir bus dan kendaraan pribadi.
Bahkan stadion bersejarah di pusat Eropa yakni Wembley di London menyarankan seluruh penonton yang hadir mengoptimalkan alat transportasi umum yang tersedia.
“Dengan realitas ini terlihat PSSI seperti memposisikan diri seperti orang tidak paham standar FIFA, tidak mengerti soal sepak bola dan tranportasi masa depan dan terlihat jelas semangat ‘asal bukan Anies’ dalam tubuh PSSI,” tutur dia.
Dia mengingatkan federasi sepak bola seperti PSSI tidak boleh bermain politik karena itu bagian dari statuta FIFA. “PSSI harus obyektif dalam mengambil kebijakan dan bebas dari kepentingan politik,” katanya.
Sumber: kba