BeritakanID.com - Kendi berisi air itu pecah di depan Gate 13 di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (15/10). Tangis DN, 58, pecah. Dia menghela napas panjang dan duduk di kios di samping Gate 13.
DN kembali bergabung bersama keluarga yang tengah mengaji. Lantunan surat Yaasin dan tahlil menggema di depan tumpukan bunga yang menghiasi Gate 13. ”Anakku masih koma. Yang lain (korban) sudah sadar. Anakku belum (sadar),” tutur DN.
Perempuan berjilbab itu merupakan ibunda dari AS, 32, salah satu suporter Arema yang menjadi korban tragedi Kanjuruhan. Saat ini, AS masih terbaring tak sadarkan diri di RSU Malang.
”Sudah 2 minggu, masih belum sadar. Napasnya masih dibantu ventilator,” terang DN sambil mengusap air mata.
Dia pun datang bersama keluarga dan kawan-kawan AS di Gate 13. Sebab di tempat itulah AS ditemukan tak sadarkan diri. Kendi yang dibawanya dari rumah dipecahkan di depan Gate 13 dengan harapan supaya AS segera sadar.
”(Ritual pecah kendi) bukan apa-apa. Kami hari ini (17/10), datang hanya untuk mengaji dan berdoa supaya Mas AS segera sadar dan pulih kembali,” ungkap dia.
DN bercerita bahwa AS ikut menonton pertandingan Liga 1 antara Arema vs Persebaya pada Sabtu (1/10). Saat itu, AS menonton beramai-ramai bersama teman-temannya di tribun 14.
DN tak mampu melanjutkan ceritanya. Dia meminta tim JawaPos.com untuk bicara dengan FI, 20, kawan AS yang ikut menonton. Air matanya mengalir deras. DN menghela napas panjang ditemani menantunya.
”Kami nonton ramai-ramai di tribun 14,” tutur FI memulai cerita.
”Saat menonton pertandingan, semua baik-baik saja. Kami juga ikut chant, semua tertib seperti halnya menonton pertandingan lainnya,” ucap FI.
Namun, kerusuhan pecah di akhir pertandingan. FI bercerita terdapat dua orang Suporter Arema yang masuk lapangan.
”Bukan rusuh. Hanya memeluk. Saat itulah polisi turun. TNI juga turun. Anjing K9 juga dilepaskan. Parahnya, gas air mata ditembakkan,” ungkap dia.
Situasi semakin chaos. FI dan AS masih bergabung bersama rombongan teman-temannya. Mereka baru terpisah ketika berupaya membantu dan menolong penonton lain.
”Banyak penonton perempuan. Di dekat kami juga ada ibu-ibu yang bawa anaknya. Kami sempat menolong beberapa suporter,” cerita dia.
Saat itulah mereka berpisah. FI tak mengetahui di mana AS berada. Dia justru baru menemukan AS ketika keluar stadion.
”Aku ketemu Mas AS di luar Gate 13. (Posisinya) di bawah, sudah nggak sadarkan diri. Aku bawa ke lobi utama, dekat ruang ganti pemain. Di situlah aku ketemu sama TNI. Aku minta tolong supaya temanku ini dibawa ke rumah sakit,” paparnya.
Bersama FI, AS lalu dibawa ke RS Wava Husada, Kepanjen, Malang. Sayangnya, fasilitas yang minim membuat rumah sakit tersebut tak mampu menangani AS.
”Mas AS langsung dibawa ke RSU Malang. Jadi dari awal kejadian sampai sekarang, Mas AS di situ,” ujarnya dengan pandangan nanar ke arah Gate 13.
RS, 38, kakak sulung AS, bercerita bahwa kondisi adiknya masih belum bisa memberikan respons apa pun. Diagnosis awalnya, tulang iga AS patah. Paru-parunya komplikasi.
”Tulang iganya patah. Masih belum sadar,” tutur RS.
AS kini ditopang dengan alat bantu pernapasan. Alat pelindung leher juga dipasang di tubuhnya.
Menurut keterangan dokter, lanjut RS, AS tak juga siuman akibat kondisi paru-parunya yang kurang baik. AS pun harus dirawat lebih lama.
”Paru-parunya (yang kena). Jadi harus dirawat dulu. Sudah dua minggu, belum siuman,” ujar RS.
Terakhir, dia meminta supaya adiknya segera sadar. Dia memohon doa supaya AS segera diberikan kesehatan dan lepas dari segala penyakitnya.
”Mohon doanya supaya adik saya lekas sembuh dan bisa beraktivitas kembali,” ucapnya.
Sumber: fajar