BeritakanID.com - Ketidakhadiran Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) XI Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) pada Jumat, 25 November 2022 lalu di Palu, Sulawesi Tengah masih terus menjadi pembicaraan anggota kelompok masyarakat tersebut.
Mereka menyayangkan orang nomor satu di Indonesia itu batal datang untuk membuka acara tersebut secara resmi. Jokowi akhirnya menugaskan Wakil Presiden Maruf Amin untuk mewakilinya.
“Kalau Jokowi itu punya sikap kenegarawanan sedikit saja, dia hadir, Anies dia salami kalau perlu dia peluk Anies. Wah, itu para alumni akan memberikan apresiasi, reward. Yang enggak suka [Jokowi] pun mungkin akan berubah sedikit lah. Suasana akan lebih seimbang. Tapi itu kan enggak dilakukan,” ujar senior KAHMI Chazali Situmorang dalam podcast “Kalau Ada Niat Jegal Anies, Keluar Saja dari Presidium KAHMI” di akun YouTube Jurnal Politik TV, Jumat, 2 Desember 2022.
Karena ketidakhadiran Jokowi itu, dukungan anggota KAHMI kepada bakal calon presiden Anies Baswedan pun semakin kuat. Apalagi sempat tersiar kabar Jokowi menolak hadir kalau Anies yang juga anggota KAHMI turut diundang, meski belakangan dibantah oleh pihak panitia.
“Sikap Pak Presiden Jokowi untuk tidak hadir, ini makin memperkuat pendulum KAHMI itu ke arah politik. Analisis saya dengan dia tidak hadir ini, memperkuat sikap politik KAHMI itu. Dengan kemudian menempatkan simbolnya itu pada Anies. Ini perlawanan politik. Bentuk perlawanan politik itu nampak, presidiumnya [dari sembilan] jadi tujuh dari partai,” ucap mantan Ketua HMI Cabang Medan ini.
“Tidak hadirnya Pak Jokowi itu kan menjadi publikasi positif bagi Anies dan menimbulkan hubungan emosional yang begitu kuat,” katanya lagi.
Dia sendiri berharap banyak kepada Anies kalau mendapat kepercayaan menjadi presiden RI. Salah satunya mengubah kuatnya kooptasi politik yang dilakukan pemerintah sekarang ini kepada partai, organisasi kemasyarakatan, dan elemen-elemen lainnya.
Dia yakin Anies akan bersifat demokratis dengan memberikan independensi kepada semua kekuatan-kekuatan politik yang ada.
“Karena Anies adalah orang yang secara moralis bisa menampilkan itu. Merubah nuansa. Perubahan itu enggak bisa dari bawah, harus dari di atas. Kan ada namanya teori ikan busuk itu. Ikan itu busuk bukan dari ekor tapi dari kepala. Perubahan itu juga harus dari atas bukan dari bawah. Kalau di atas ada perubahan, itu akan mengalir ke bawah. Begitu juga dalam sistem politik dan birokrasi,” tandas dosen Universitas Nasional ini.
Sumber: kba