Pendukung Jokowi Garis Keras Krisyanto Yen Oni Akan Total Bantu Anies

Pendukung Jokowi Garis Keras Krisyanto Yen Oni Akan Total Bantu Anies

BeritakanID.com - Krisyanto Yen Oni, aktivis dan pegiat media sosial asal Nusa Tenggara Timur (NTT) mengaku siap mendukung dan bahkan berjuang untuk kemenangan Anies Baswedan sebagai Presiden RI di Pilpres 2024 mendatang.

Ungkapan pendukung Jokowi garis keras ini disampaikan saat berdialog dengan CEO/Founder KBA News Ramadhan Pohan yang diunggah di akun youtube KBANews TV, dua hari lalu, tepatnya Sabtu, 25 Maret 2023.

Dialog antara Kriyanto Yen Oni dengan Ramadhan Pohan tersebut telah dilihat lebih dari 3000 kali dengan 88 tanda like dan 14 komentar netizen. Subcriber kanal youtube KBANews TV telah mencapai sekitar 1760 orang sejak pertama kali kanal tersebut resmi tayang, sekitar dua minggu lalu.

“Kalau Pak Anies bisa memperhatikan pesan dari masyarakat yang saya bawa, peluangnya (mendukung dan berjuang) sangat terbuka untuk Pak Anies,” kata Krisyanto.

Syarat itulah yang diminta Krisyanto sehingga dia tak akan sungkan memberikan dukungan dan memperjuangkan kemenangan bakal calon presiden koalisi perubahan tersebut.

“Ke depan bukan tidak mungkin membantu Anies. Ada beberapa pesan yang saya bawa dari masyarakat. Ketika pesan itu diakomodir, maka saya akan tentukan sikap dengan pasti dan totalitas membantu,” katanya.

Menurutnya, ada Sebagian besar masyarakat, terutama di NTT yang tidak menerima bantuan sosial. Bansos tidak tersalurkan secara baik di masyarakat. Ia sudah mencoba klarifikasi ke pendamping Bansos dan Koordinator Bansos. Mereka menggunakan data bansos dari pemerintah, tetapi mereka ternyata bisa mendata dan menonaktifkan penerima bansos. Mereka menganggap ada anomali penerima bansos di NTT, banyak nama dan  marga yang sama, sehingga hak menerima bansosnya disetop.

Padahal, kata Krisyanto, di NTT ada kesamaan nama dan marga itu sesuatu yang biasa dan lumrah, sebab belum tentu orangnya sama karena pasti sesuai KTP tanggal lahir mereka berbeda. “Jadi isu tumpang tindih penerima bansos di NTT itu tidak cocok. Persoalan hak masyarakat miskin inilah yang saya bawa,” ujarnya.

Sentimen Anies Garis Keras

Sebagai aktivis sosial, Krisyanto memang  sangat peduli pada isu-isu kemasyarakatan, terutama masyarakat kecil yang kehidupannya jauh dari kata sejahtera. Sehingga dia perlu figur pemimpin yang peduli kepada kesejahteraan sosial masyarakat, terutama masyarakat kecil.

Sebelum terjun ke bidang sosial dan politik, Krisyanto sebetulnya sempat akan menjadi pendeta. Dia bahkan telah mengikuti pendidikan kependetaan di Bogor, Jawa Barat dan kemudian berpraktik di Gunung Mas Kalimantan Tengah selama dua tahun.

“Saya ini boleh dibilang pendeta gagal sebab ketika selesai berpraktik di Kalimantan Tengah, kemudian ditugaskan memperdalam ilmu kependetaan di Kalimantan Barat. Karena suatu hal saya mengundurkan diri dan berangkat ke Pontianak,” kata Krisyanto.
Di kota Pontianak inilah Krisyanto lebih intens terlibat di bidang sosial dan politik serta aktif di media sosial untuk mendukung kepemimpinan Presiden Jokowi hingga masa kepemimpinan keduanya.

“Sebagai pendukung Jokowi Garis Keras, tentunya saya juga memiliki sentimen garis keras kepada Anies,” katanya ketika dikonfirmasi kenapa membenci Anies ketika itu.

Meskipun demikian, lanjut Mantan Ketua Umum Bravo NKRI dan Bravo Ganjar ini, ia mulai tertarik kepada sosok Anies ketika mendapat informasi terpercaya tentang rekam jejaknya saat menjadi Gubernur DKI Jakarta.

“Ternyata ada hal-hal tertentu yang saya pikir perlu diapresiasai oleh masyarakat. Misalnya kepedulian Anies kepada masyarakat non muslim DKI Jakarta. Bahkan mengeluarkan lebih dari 30 IMB untuk pembangunan gereja,” katanya.

Ia mengaku melihat Anies bukan sebagai aktivis Gereja, Kristen, tetapi melihatnya dari keterpanggilan sebagai pemerhati bangsa yang peduli masalah plurarisme dan kebhinekaan.

“Itulah yang dibutuhkan masyarakat, kemerdekaan beragama,” tegasnya.

Terkait isu SARA yang selalu dilabelkan kepada Anies oleh sebagian besar para pembencinya, ia menegaskan tidak banyak orang yang melihat sebenarnya pengalaman Pilgub waktu itu.

Memang terjadi politik SARA, tapi harus diakui Anies ketika itu tercebur. Ada sebab dan akibatnya. Artinya Anies bukan pelaku politik SARA. Kita harus legowo mengakui itu.

Meskipun bukan pendukung Anies, saya menolak narasi politik yang menyerang Anies dengan SARA, seperti isu Yaman, Arab, saya tolak itu. Itu tidak boleh. Kita harus mengkritisi seorang pemimpin atau calon pemimpin dari rekam jejaknya. Jangan dari mana asal pemimpin itu berasal. Dari mana mama dan bapaknya lahir.

“Sangat tidak etis kita meciderai prularisme ketika membangun narasi menyerang orang dengan suku dan agamanya,” tegas Krisyanto.

Sumber: kba

TUTUP
TUTUP