BeritakanID.com - Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun mengimbau kepada simpatisan Bakal calon presiden (Bacapres) Anies Rasyid Baswedan, Ph.D. agar tetap memperhatikan suara lawan saat pemilihan presiden (Pilpres) berlangsung di Tempat Pemungutan Suara (TPS) di wilayah Indonesia.
“Pastikan tidak hanya menjaga suara Anies Baswedan, tapi suara lawannya juga. Kalau suara Anies tetap, tapi lawannya nambah ya podo wae (itu sama) ya,” kata Refly Harun seperti dikutip KBA News, Kamis, 13 April 2023.
Kemudian dia risau dengan adanya peran dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bisa digantikan oleh peserta pemilu. Dia mempertanyakan apakah bisa diberikan jaminan bahwa peserta pemilu jujur, adil dan mengawal perhitungan suara sebaik-baiknya hingga tidak ada kecurangan.
“Karena kecurangan itu dibikin oleh KPU sendiri pastinya kan gak mungkin dibikin orang lain. Jadi KPU sendiri yang buat kecurangan dengan membiarkan perubahan-perubahan yang terjadi di tengah jalan,” ujar Refly.
Seharusnya yang namanya suara, kata Refly, tidak boleh bergerak. Dari TPS suara, kemudian dikumpulkan ke stadion. Dia memberikan contoh, misalnya di tingkat Kabupaten/Kota usai pencoblosan Pilpres, selanjutnya kotak suara dibawa ke stadion lalu dihitung bersama.
Dia yakin dengan begitu suara hasil pencoblosan akan terjamin dari kecurangan yang selama ini terjadi di Indonesia.
“Kalau itu yang terjadi, wah itu justru lebih terjamin suara itu tidak ke mana-mana, kalau yang begini waduh berat ya tingkat-tingkat penghitungan itulah yang memungkinkan kecurangan bisa terjadi,” ungkapnya.
Mantan wartawan ini memberikan contoh seperti di Birmingham, Kota Inggris yang melakukan penghitungan suara di stadion.
“Jadi usulan saya misalnya seperti yang saya lihat di Birmingham kota Inggris ya itu dari TPS enggak usah diitung dari TPS langsung semua kotak suara dan bahan-bahannya itu dibawa ke stadion di kabupaten, once for all suara di kabupaten itu bahwa di tingkat nasional selesai,” ujarnya.
“Harusnya begitu ya biar tidak ada kecurangan, tapi masalahnya orang kita kan selalu membuat celah untuk melakukan kecurangan. Karena beberapa di antara mereka yakin, dengan kecurangan itulah mereka bisa tetap bertahan di kekuasaan itu soalnya ya,” tambahannya.
Dia berharap sistem yang mengawal pemilu tidak ada lagi kecurangan di Pemilu 2024 mendatang. Menurutnya, Pemilu di Indonesia seharusnya cukup memberikan suara dan tinggal menunggu hasilnya dengan jujur.
“Kita do’akan soal sistem yang bisa mengawal kecurangan ini, walaupun miris. Kita kok tiba-tiba jadi ribet ya untuk mengawal pemilu. Padahal harusnya kita lagi, kita cukup memberikan suara dan kita tunggu hasilnya dengan sejujur-jujurnya tapi itu tidak terjadi di negeri Indonesia,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, Anggota Jaringan Keluarga Besar Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (Jangkar ITS) Arief Budiono mengatakan pada Pilpres 2019 lalu tersebut banyak kelemahannya hingga akhirnya kecurangan juga tak sedikit yang terjadi. Berdasarkan Pilpres 2019 kemarin, hampir bisa dikatakan saksi untuk pilpres hampir tidak ada.
Belajar dari 2019 maka, pihaknya dari Jangkar ITS mengambil inisiatif untuk memperkuat di saksi yang pada saat hari H nanti. Pihaknya akan memfokuskan lebih ke sistem, Jadi nanti, kata dia, bagaimana simpul-simpul relawan dari Anies Baswedan yang akan menjadi saksi di Tempat Pemungutan Suara atau TPS. Lalu dari Jangkar ITS ini akan menyediakan sistemnya.
Yang jelas, kata dia, dalam pembuatan sistem tersebut pihaknya tak tergesa-gesa dan dilakukan dengan serius. Pointnya, lanjut dia, adalah bagaimana sistem atau aplikasi yang dibuat benar-benar punya kekuatan untuk mengawasi suara Anies Baswedan.
“Karena kondisinya bisa jadi sangat kasuistik di lapangan. Makanya kami tidak tergesa-gesa untuk membuat aplikasi. Point-nya adalah bagaimana aplikasi ini memang benar-benar punya kekuatan. Jadi kami harus bersinergi dengan simpul relawan yang lain. Karena sebenarnya merekalah nanti yang akan berjibaku ketika proses perhitungan,” tutup Arief Budiono.
Sumber: kbanews