BeritakanID.com - Dukungan Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf, Sekjen PBNU Saifullah Yusuf, dan Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa kepada pasangan
pasangan capres-cawapres nomor urut nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dinilai sangat memprihatinkan bahkan merupakan sebuah malapetaka.
Karena sikap tersebut telah melanggar Khittah 1926, yaitu NU tidak terkait dengan politik praktis. Demikian disampaikan Ketua Umum Khitthah Ulama Nahdliyin (KUN) KH Agus Solachul Aam kepada KBA News Jumat, 19 Januari 2023.
“Sebagai ormas keagamaan, (PBNU) harusnya konsisten menjaga dan memelihara nilai nilai agama, moral, etika, dan, budaya yang hidup di masyarakat dan menjunjung tinggi kesetiakawanan sosial serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa guna mewujudkan tujuan negara RI. Menjunjung tinggi marwah dan martabat NU serta menegakkan Khitthah NU,” jelasnya.
Menurut cucu pendiri NU KH Wahab Chasbullah yang akrab disapa Gus Aam Wahib Wahab ini, sikap para petingi PBNU dan Muslimat NU tersebut tentu akan diikuti para pengurus sampai tingkat ranting. Karena pengurus di bawah secara kultural bersikap mengikuti atau sami’na wa athona. Namun masalahnya lagi, tidak ada penjelasan kenapa mendukung Prabowo-Gibran.
“Ini mengakibatkan jajaran pengurus yang di bawah sangat mungkin bingung. Hanya ikut saja tanpa tahu, tanpa diberi penjelasan mana paslon yang terbaik yang seharusnya dipilih di antara ketiga paslon yang ada, tapi diarahkan hanya memilih paslon nomor 2 Prabowo-Gibran,” ungkap putra mantan Menteri Agama RI KH. M. Wahib Wahab ini.
Hal yang sama juga disampaikan tokoh NU Nadirsyah Hosen atau yang akrab disapa Gus Nadir dalam siniar di kanal YouTube @mojokdotco, Rabu lalu, 17 Januari 2024 dikutip KBA News petang ini.
Dalam penjelasannya di podcast bertema PROF. NADIRSYAH HOSEN: GERAKAN PBNU MENDUKUNG PRABOWO-GIBRAN itu, dia mengaku mendapat informasi bahwa PBNU sebelumnya mengumpulkan pengurus NU seluruh Indonesia di sebuah hotel di Surabaya.
Dalam pertemuan yang dihadiri langsung Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf dan Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar itu, pengurus NU diarahkan untuk mendukung Prabowo-Gibran.
“Dalam pertemuan itu ternyata ada dawuh, instruksi atau apa pun namanya, (memang) tidak tertulis. Karena bukan keputusan organisasi resmi. Tapi menggerakkan struktur organisasi
secara masif sampai ke bawah, yaitu untuk mendukung calon 02,” jelas dosen di Universitas Monash, Melbourne, Australia ini.
Gus Nadir yang menyesalkan sikap politik partisan PBNU ini mengaku sudah tabayyun atau mengklarifikasi ke sejumlah kiai sepuh yang hadir. Dari tabayyun itu dia mendapat informasi bahwa sejumlah kiai juga mempertanyakan sikap PBNU tersebut. Karena di publik mengaku netral.
Semakin dipertanyakan karena tidak ada penjelasan fikih kenapa mendukung Prabowo-Gibran. Padahal sudah menjadi ciri khas NU, dalam setiap pengambilan keputusan politik selalu ada landasan hukum Islamnya.
“Jadi waktu saya tanya ke beberapa kiah sepuh yang Rais Suriah yang hadir dalam pertemuan itu, mereka juga bilang kami tidak menemukan landasan fikihnya kenapa harus mendukung 02. Sementara yang 02 itu sama sekali tidak ada bau-bau NU-nya. Yang ada bau-bau NU-nya adalah 01, 03. Kalaupun mendukung 01 (Anies-Muhaimin), 03 (Ganjar-Mahfud), tetap ada landasan fikihnya dong yang disodorkan,” ungkapnya.
Ketua Umum PBNU Gus Yahya sendiri kemarin telah menanggapi pernyataan Gus Nadir tersebut. Dia menegaskan seluruh pernyataan Gus Nadir itu bersifat prasangka, tidak dilengkapi bukti apa pun sehingga tidak ada pertanggungjawabannya.
“Tapi parameter Nahdlatul Ulama jelas, NU secara lembaga, keorganisasian tidak terlibat di dalam kampanye atau dukung-mendukung. Kalau soal pribadi-pribadi, kita tentu tidak berhak menghalangi siapa pun itu,” jelasnya, dikutip dari NU Online.
Sumber: kba