Kematian 894 Petugas KPPS di Pilpres 2019 Masih Misteri, Alumni UNJ: Segala Hal Bisa Terjadi

Kematian 894 Petugas KPPS di Pilpres 2019 Masih Misteri, Alumni UNJ: Segala Hal Bisa Terjadi

BeritakanID.com - Sivitas akademika Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mendesak pemerintah menuntaskan misteri kematian 894 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) pada Pilpres 2019.

Demikian salah satu petisi Deklarasi Rawamangun bertajuk Mengawal Demokrasi untuk Pemilu Bersih dan Damai oleh sivitas akademika Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Selasa, 6 Februari 2024

Ditegaskan, penyebab pasti atas kematian para petugas tersebut belum dijelaskan pemerintah secara gamblang. Ini seharusnya dituntaskan karena Indonesia segera menggelar pilpres berikutnya pada Februari 2024.

“Memang, segala hal mungkin saja terjadi,” tegas Dr Bayquni, M, Ph.D.Ikom, alumni UNJ yang juga Aktivis Reformasi 1998 kepada  KBA News di sela deklarasi tersebut.

Kematian itu sempat memunculkan berbagai rumor mengerikan di masyarakat. Ada yang mengklaim akibat disengaja karena makanan para petugas diracuni.

“Jika hal itu terbukti, harus ditindak, ambil tindakan hukum segamblang-gamblangnya, tanpa ada rekayasa apa pun,” lanjut Bayquni.

Dalam catatan KBA News, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arif Budiman telah menjelaskan penyebab kematian tersebut dalam acara Refleksi Hasil Penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019 dan Persiapan Penyelenggaraan Pemilihan Serentak 2020 di Kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 22 Januari 2020.

Arif menjelaskan, total 894 petugas KPPS meninggal dunia, dan 5.175 lainnya sakit. “Kami sudah menyelesaikan tugas dan tanggung jawab,” kata Arief.

Arif mengklaim, beban kerja di Pemilu 2019 cukup besar, sehingga menjadi salah satu faktor banyaknya petugas yang sakit atau meninggal dunia.

Karena itu diusulkan tentang penggunaan e-rekapitulasi pada Pemilu 2024 supaya proses penghitungan lebih cepat sehingga petugas tidak kelelahan.

Sementara itu, LKBN Antara melansir siaran pers Kementerian Kesehatan, Kamis, 16 Mei 2019. Disebutkan, jumlah korban yang sakit dan meninggal dari hasil investigasi Kemenkes di 28 provinsi per tanggal 15 Mei 2019.

Jumlah petugas pemilu yang meninggal bertambah dari empat provinsi, yakni Sumatera Utara dengan jumlah petugas meninggal sembilan jiwa; Sulawesi Selatan empat jiwa; Bangka Belitung satu jiwa; dan Sulawesi Barat satu jiwa.

Berdasarkan laporan dinas kesehatan di setiap provinsi menunjukkan jumlah petugas Pemilu yang meninggal terbanyak ada di Provinsi Jawa Barat.

Kaitannya itu, laman Kementerian Kominfo edisi 29 September 2023 menyebutkan, beredar konten unggahan video pembawa acara berita yang mengabarkan kegiatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Video itu memaparkan penyebab petugas KPPS di Pilpres 2019 yang meninggal dunia. Kemudian, video tersebut disambung dengan konferensi pers oleh sekumpulan dokter.

Konon, dalam narasi video dinyatakan bahwa IDI sepakat memutuskan bahwa penyebab kematian tersebut karena diracun, bukan karena kelelahan.

Hasil penelusuran Tim AIS Kominfo menemukan fakta bahwa klaim tersebut menyesatkan. Faktanya, IDI menyebut bahwa penyebab utama kematian petugas KPPS pada Pemilu 2019 bukan karena kelelahan.

Kematian tersebut akibat adanya penyakit bawaan seperti darah tinggi atau penyakit lain akibat tidak minum obat secara teratur.

Pun ada laporan terkait dari tim ahli Uneversiytas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, yang terdiri dari lintas fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK), dan Fakultas Psikologi.

Penelitoan tersebut  mengungkapkan bahwa penyebab kematian terjadi secara natural, dan tidak ditemukan indikasi keracunan.

Sumber: kbanews

TUTUP
TUTUP