Kalau Konsisten Dukung Anies, Demokrat Tak akan Jadi Partai Paling Kecil di Parlemen

Kalau Konsisten Dukung Anies, Demokrat Tak akan Jadi Partai Paling Kecil di Parlemen

BeritakanID.com - Suara Partai Demokrat terus mengalami penurunan dari pemilu ke pemilu. Dari partai terbesar di Tanah Air pada Pemilu 2009 dengan berhasil menguasai parlemen (148 kursi), turun ke urutan 4 di 2014 (61), turun lagi di 2019 menjadi urutan ke-6 (54), dan semakin jeblok pada Pemilu 2024 ini.

Berdasarkan hasil Pemilu 2024, Demokrat bakal kehilangan 10 kursi di DPR RI yang membuatnya menjadi partai paling kecil di DPR RI periode 2024-2029 mendatang. Nasib Demokrat yang kini akan menjadi juru kunci di parlemen itu dinilai karena salah langkah dalam menghadapi Pilpres 2024.

“Nah, dugaan saya adalah karena keputusan Demokrat hengkang dari Koalisi Perubahan. Padahal kalau tetap di Koalisi Perubahan, bisa jadi Demokrat akan mendapatkan banyak simpati,” kata pengamat politik Refly Harun di kanal YouTube-nya, Minggu, 24 Maret 2024.

Dia menjelaskan itu menanggapi pernyataan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono yang dalam sebuah acara buka puasa bersama kadernya kemarin mengaku bersyukur Demokrat meninggalkan Koalisi Perubahan. Karena kalau masih tetap bertahan, akan menjadi hancur lebur.

Lebih jauh Refly menjelaskan, selain karena tiga partai Koalisi Perubahan (NasDem, PKB, PKS) terbukti mengalami kenaikan suara efek Anies Baswedan, Demokrat juga akan bisa mengalami hal serupa kalau masih bertahan. Bahkan bisa jadi kenaikan suaranya akan lebih maksimal.

Sebab, AHY bisa jadi akan ditunjuk sebagai Ketua Tim Pemenangan Anies-Muhaimin sebagai bargaining dia tidak menjadi cawapres ,yang membuatnya banyak tampil di publik. Sementara bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) mendukung Prabowo-Gibran, putra sulung mantan Presiden SBY terbukti tidak banyak berperan, bahkan tenggelam.

Akhirnya posisi Demokrat pada Pilpres 2024 ini tidak jauh berbeda dengan 2014 dan 2019 yang ketika itu bersikap netral sehingga tidak berperan dalam dinamika pilpres. Inilah yang membuat suara Demokrat jeblok.

“Nah, ini yang sebenarnya kerugian kalau kita mau melihatnya secara jernih. Jadi di 2014 Demokrat enggak main, di 2019 Demokrat enggak main, di 2024 Demokrat enggak main juga. Itu soalnya. Jadi sosok AHY akhirnya tidak menonjol. Demokrat tidak menonjol (karena) menjadi yang in betwen, tidak jelas positioning-nya. Tidak dalam arus perubahan, tapi tidak juga dalam arus status quo,” jelasnya.

“Bahkan oleh kader-kadernya sendiri banyak yang dikritik dan memunculkan kebingungan di kader-kadernya yang sebelumnya sudah menjadi relawan atau pendukung Anies Baswedan,” sambung Refly, yang juga juru bicara pasangan Anies-Muhaimin ini.

Karena itu, katanya lagi, seandainya tetap bersama Koalisi Perubahan suara Demokrat akan naik meskipun misalnya Anies-Muhaimin tidak menang. Setidaknya, 54 kursinya di DPR RI bisa terselamatkan.

“Itu jauh lebih penting sesungguhnya yang dipikirkan (oleh) partai politik. Tapi kalau yang dipikirkan jabatan pribadi, jabatan ketua umumnya, ya memang, dengan gabung (koalisi) pemerintahan, langsung diberikan kursi menteri dan diperkirakan nanti dapat juga kursi menteri untuk ketua umumnya. Yang jadi masalah adalah kapan lagi ngurus partai politik kalau begitu caranya,” bebernya.

Kalaupun mengincar kursi menteri, lanjutnya, Demokrat akan bisa mendapatkannya walau tetap mendukung pasangan AMIN. Karena Demokrat diyakini tetap akan ditawari oleh capres pemenang pilpres untuk bergabung dalam pemerintahan.

“Padahal seandainya pun Demokrat di kubu Anies, tiba-tiba ditawari Prabowo, bisa juga tetap (dapat) kalau sekadar incarannya jadi menteri,” tandasnya.

Sumber: kbanews

TUTUP
TUTUP