Kehancuran Yahudi Israel dalam Al-Qur’an dan Hadits

Kehancuran Yahudi Israel dalam Al-Qur’an dan Hadits

Bangsa Yahudi memang dikenal kepintarannya. Al-Qur’an pun mengakui keunggulan Yahudi ini. Tapi karena durhakanya kepada Allah dan juga tingkah lakunya yang tidak mau menjalankan amar makruf nahi mungkar, ia akhirnya dilaknati Allah dan para Nabi.

Di negara ‘hebat’ Amerika, seperti diakui Henry Ford, Yahudi mengendalikan banyak sektor di sana. Mulai dari ekonomi, politik, media, film dan lain-lain.

Bagaimana Al-Qur’an memandang Yahudi (Israel) sebenarnya? Mari kita simak beberapa ayat Al-Qur’an tentang Yahudi:

Pertama: Yahudi diberi nikmat Allah yang banyak, diperintah Allah untuk beriman tapi kaum Yahudi justru yang pertama kali mengingkari ayat-ayat Al-Qur’an. Mereka juga suka mencampurkan nilai kebenaran dan kebatilan.

يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَوْفُوْا بِعَهْدِيْٓ اُوْفِ بِعَهْدِكُمْۚ وَاِيَّايَ فَارْهَبُوْنِ وَاٰمِنُوْا بِمَآ اَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ وَلَا تَكُوْنُوْٓا اَوَّلَ كَافِرٍۢ بِهٖ ۖ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۖوَّاِيَّايَ فَاتَّقُوْنِ وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

”Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan penuhilah janjimu kepada-Ku) niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu. Hanya kepada-Ku hendaknya kamu takut.. Berimanlah kamu kepada apa (Al-Qur’an) yang telah Aku turunkan sebagai pembenar bagi apa yang ada pada kamu (Taurat) dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya. Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga murah dan bertakwalah hanya kepada-Ku. Janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (jangan pula) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui(-nya).” (QS. al Baqarah 40-42)

Kedua: Yahudi diberi keunggulan oleh Allah sebagai kaum yang hebat melebihi kaum-kaum yang lain. Mereka diselamatkan Allah lewat Nabi Musa, dari perbudakan Firaun.

Meski demikian mereka akhirnya menyekutukan Allah dengan menyembah patung anak sapi dan senang berbuat zalim kepada kaum yang lain. Mereka ingin melihat Allah dengan terang (dengan mata), akhirnya mereka disambar halilintar.

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ

“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat.” (QS. al Baqarah 47)

وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ ۚ وَفِي ذَٰلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.” (QS. al Baqarah 49)

وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ

“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.” (QS. al Baqarah 50)

وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَىٰ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ

“Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. al Baqarah 51)

ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.” (Qs. al Baqarah 52)

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَىٰ بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. al Baqarah 54)

وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya”. (QS. al Baqarah 55)

ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.” (QS. al Baqarah 56)

وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَٰذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ ۚ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: “Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: “Bebaskanlah kami dari dosa”, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. al Baqarah 58)

فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ

“Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik.” (QS. al Baqarah 59)

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

“Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. (al Baqarah 65)

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ عَلٰى لِسَانِ دَاوٗدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۗذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ كَانُوْا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ تَرٰى كَثِيْرًا مِّنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ۗ لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ اَنْفُسُهُمْ اَنْ سَخِطَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ وَفِى الْعَذَابِ هُمْ خٰلِدُوْنَ

“Orang-orang yang kufur dari Bani Israil telah dilaknat (oleh Allah) melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa putra Maryam. Hal itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang mereka lakukan. Sungguh, itulah seburuk-buruk apa yang selalu mereka lakukan. Engkau melihat banyak di antara mereka bersekutu dengan orang-orang yang kufur (musyrik). Sungguh, itulah seburuk-buruk apa yang mereka lakukan untuk diri mereka sendiri (sehingga mengakibatkan) Allah murka kepada mereka. Mereka akan kekal dalam azab.” (QS. al Maidah 78-80)

Banyak sifat Yahudi yang lainnya yang disebut Al-Qur’an, seperti sombong, membunuh para Nabi, melampaui batas dan lain-lain.

Ada banyak intelektual Yahudi yang ‘menipu’ intelektual Islam dengan mengampanyekan Islam Liberal atau Pluralisme Agama (semua agama sama saja). Mereka berargumen bahwa agama Yahudi, Kristen dan Islam itu asalnya kan sama, dari Nabi Ibrahim. Pendapat intelektual Yahudi ini ditentang keras dan jelas oleh Al-Qur’an. Camkan surat Ali Imran ayat 67 berikut:

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang hanif dan Muslim (yang lurus lagi berserah diri kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.”

Menurut Al-Qur’an, para Nabi semuanya adalah Muslim. Tidak ada Nabi yang beragama Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha dan lain-lain.

۞ قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَمَّا جَاءَنِيَ الْبَيِّنَاتُ مِنْ رَبِّي وَأُمِرْتُ أَنْ أُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah (ya Muhammad): “Sesungguhnya aku dilarang menyembah sembahan yang kamu sembah selain Allah setelah datang kepadaku keterangan-keterangan dari Tuhanku; dan aku diperintahkan supaya tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Ghafir 40)

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ الْإِسْلَامُ (ءال عمران: ١٩)

“Sesungguhnya satu-satunya agama yang diridlai oleh Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran 19)

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ في الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ (ءال عمران: ٨٥)

“Dan barang siapa mencari selain agama Islam untuk ia peluk, maka sekali-kali tidak akan diterima darinya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran: 85).

تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (يوسف: ١٠١)

“(Yusuf berkata): Wafatkanlah aku dalam keadaan Muslim dan gabungkan aku bersama orang-orang yang saleh.” (QS. Yusuf: 101).

فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (ءال عمران: ٥٢)

“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran Bani Israel, ia berkata: Siapakah yang akan menjadi pembela-pembelaku untuk menegakkan agama Allah? Para Hawwariyyun (sahabat-sahabat setia Nabi Isa) menjawab: Kamilah pembela-pembela-agama Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang Muslim.” (QS. Ali ‘Imran: 52).

وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَآ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَۖ وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۚ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

”(Ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada-Mu, (jadikanlah) dari keturunan kami umat yang berserah diri kepada-Mu, tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan manasik (rangkaian ibadah) haji, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. al Baqarah 127-128)

وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ۗ اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ وَقَالُوْا كُوْنُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى تَهْتَدُوْا ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ اِبْرٰهٖمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
”Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya‘qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri. Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan. Mereka berkata, “Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah, “(Tidak.) Akan tetapi, (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.”

Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunannya, pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta pada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.” (QS. al Baqarah 132-136).

Rasulullah Saw bersabda,

الأَنْبِيَاءُ إخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ دِيْنُهُمْ وَاحِدٌ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى (رواه البخاري ومسلم وأحمد وابن حبان)

“Para Nabi bagaikan saudara seayah, agama mereka satu yaitu agama Islam, dan ibu-ibu (syari’at-syari’at) mereka berbeda-beda.” (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibnu Hibban).

Yahudi dan Nasrani senantiasa bekerjasama untuk menghancurkan Islam atau menghinakan umat Islam. Itu dilakukan sejak ‘masa Rasulullah Saw’ hingga kini. Yang sangat terlihat adalah kerjasama negara-negara kafir ‘Kristen’ (Inggris dan Amerika) untuk membentuk negara Yahudi Israel.

Inggris memberikan tanah Palestina untuk Yahudi dan Amerika memainkan lobi politiknya untuk pengesahan pendirian negara Israel di PBB. Maka jangan heran tahun 1948 pendirian negara Israel mulus di PBB. Dan ketika negara-negara Arab memerangi Israel, Amerika membantu penuh militer Israel untuk mengalahkan bangsa Arab.

Selain dengan jalan militer, ‘Yahudi Amerika’ juga memainkan politik pecah belah dengan memainkan isu Sunni Syiah. Orientalis Amerika mendukung penuh upaya Arab Saudi untuk menghantam Syiah, baik lewat buku-buku, kurikulum di universitas maupun lewat lobi-lobi. Bagi Amerika-Israel, Timur Tengah harus terus dibuat rusuh (antara Sunni dan Syiah), agar Israel aman.

Amerika yang sangat ketakutan ketika Revolusi Islam Iran 1978, membuat Amerika mendekat pada Irak (Saddam Hussein). Amerika memainkan politiknya, sehingga terjadi Perang Iran Irak.

Setelah itu perang terus berkecamuk di Timur Tengah hingga Arab Saudi akhirnya mengundang tantara Amerika ke negaranya. Bukan hanya itu Saudi juga mempersilahkan Amerika membangun pangkalan militernya di sana. Karena ulah pemerintah Saudi ini, banyak ulama mengecam keras kehadiran tentara-tentara kafir di Saudi dan sekitarnya.

Jalinan Saudi Amerika sudah terbentuk ‘sejak negara ini berdiri’. Bukankah pemerintah Saudi berdiri karena jasa besar penggalian minyak oleh perusahaan minyak Aramco milik Amerika?

Amerika tahu, model keislaman ‘wahabi saudi’ tidak akan banyak menarik orang-orang non Islam untuk masuk Islam. Wajah Islam yang kaku dan ‘tidak mengenal budaya’. Tapi pemerintah Saudi yang memang sudah enak dengan berlimpah uang minyak, tidak peduli dengan semakin mendalamnya hubungan erat dengan Amerika (negara kafir). Tidak mungkin intelektual Yahudi/Nasranni Amerika ‘tidak ikut campur dalam membentuk wajah Islam di Saudi’.

Maka Amerika tidak peduli, negara Saudi melanggar hak asasi manusia dengan menangkapi banyak ulama yang kritis kepada kerajaan. Coba kalau terjadi pada negara Indonesia misalnya, Amerika akan langsung berteriak lantang ke media-media ternama.

Makanya benar pesan Al-Qur’an,

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. al Baqarah 120)

Karena terus mengikuti politik, ekonomi, teknologi dan ‘gaya hidup Amerika’ maka pemerintah Saudi akhirnya tidak menjadi negara yang hebat. Negara kaya, tapi ‘miskin dalam budaya, miskin dalam perkembangan ilmu pengetahuan, miskin dalam penguasaan teknologi’ dan seterusnya. Bagaimana mungkin negara menjadi hebat bila ‘daya kritik masyarakat’ dimatikan?

Masyarakat dan kaum cendekia (ulama) akhirnya menjadi penakut dan tidak dapat mengeluarkan ide-ide brilyannya untuk membangun negara. Bila tidak ada Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Ka’bah di sana, mungkin kaum Muslim malas untuk berkunjung ke sana.

Ini ayat tentang kepemimpinan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. al Maidah 51)

Timur Tengah setelah kekhalifahan Utsmani runtuh (1924), mereka kembali kepada jahiliyah. Masing-masing suku bangga dengan kesukuannya. Pemerintahannya pun banyak berbentuk kerajaan, otoriter, dan zalim. Selain Saudi kita bisa melihat Mesir.

Mesir, meski banyak para ulama di sana, tapi kepemimpinan negara dipegang oleh orang-orang yang jahil kepada Islam. Maka jangan heran sejak tahun 1940-an hingga kini, ulama-ulama saleh banyak dibunuh dan dikerangkeng. Kepemimpinan Mesir sering dipegang oleh militer yang ideologinya jabatan dan uang. Kaum militer, tidak peduli dengan agama khususnya Islam.

Lihatlah bagaimana permainan bengis Jenderal as Sisi yang sekarang memerintah di Mesir. Ia naik ke kursi presiden dengan jalan mengkudeta Presiden Mursi. Padahal Mursi naik ke kursi presiden, lewat pemilu. As Sisi tak peduli, meski ketika Mursi jadi presiden ia pun diangkat sebagai petinggi militer di Mesir. Sifat hasad as Sisi muncul. Ia tidak ingin jadi orang nomer dua di Mesir, ia ingin jadi nomor satu. Maka jalan satu-satunya adalah mengkudeta presiden.

Dan tidak puas disitu. Gerakan Islam Ikhwanul Muslimin, gerakan yang mendukung Mursi jadi presiden dibubarkan atau dilarang. Ratusan atau mungkin ribuan orang terbunuh karena nafsu kuasanya. Perilaku sadisnya juga terlihat, ketika ia memenjarakan Mursi ‘berbulan bulan’ dengan kondisi penjara yang tidak ramah untuk mantan presiden. Hingga akhirnya Mursi sakit-sakitan dan meninggal ‘ketika di penjara’.

Bukan hanya as Sisi yang gaya pemerintahannya seperti Firaun, Gamal Abdul Nasser pun sama. Di masanya ia pun menindas Ikhwanul Muslimin. Hingga akhirnya ia menghukum gantung temannya sendiri, Sayid Qutb, karena berbeda pandangan dengan dirinya. Sayid Qutb adalah ulama besar Islam yang karya-karyanya membangkitkan militansi di dunia Islam.

Para pemimpin Timur Tengah itu -mungkin kecuali Qatar- sibuk dengan urusan tahta dan harta, seperti kepemimpinan Yahudi dan Nasrani. Mereka lupa kepemimpinan dalam Islam tujuannya adalah mensyiarkan nilai-nilai Islam yang mulia. Kepemimpinan dalam Islam bertujuan agar dakwah Islam dapat disebarkan seluas-luasnya. Bertujuan agar manusia di seluruh dunia merasakan kenikmatan berIslam. Merasakan bahagia dengan Islam.

Para pemimpin Timur Tengah takut untuk menyatakan Al-Qur’an satu-satunya kitab suci di dunia yang otentik, kenapa? Ya mereka takut tidak dapat bantuan dari negara-negara kafir. Tidak dapat fasilitas dari negara-negara kafir. Takut menyinggung pemimpin-pemimpin kafir, hingga akhirnya secara sadar atau tidak, menjadi boneka pemimpin-pemimpin kafir. Pandangan mereka pendek, hanya melihat kemajuan pemerintah kafir sekarang ini.

Mereka lupa, bahwa kaum Muslimin pernah menguasai dunia lebih dari 1000 tahun, sebelum Barat menguasai dunia ini. Benar kata ahli hikmah, bangsa yang lupa terhadap identitas bangsanya sendiri, tidak akan menjadi bangsa besar (hebat).

Kehancuran Yahudi

Kehancuran Yahudi Israel ini sudah ditetapkan dalam Al-Qur’an. Dalam surat al Isra’ ayat 4-10 dijelaskan tentang Bangsa Yahudi yang akan dihancurkan oleh umat Islam. Negara Israel akan dihancurkan oleh bangsa Yahudi sendiri, karena mereka berbondong-bondong masuk Islam.

Renungkanlah surat al Isra’ khususnya ayat berikut ini,

وَقَضَيْنَآ اِلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ فِى الْكِتٰبِ لَتُفْسِدُنَّ فِى الْاَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيْرًا فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ اُوْلٰىهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَآ اُولِيْ بَأْسٍ شَدِيْدٍ فَجَاسُوْا خِلٰلَ الدِّيَارِۗ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُوْلًا ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَاَمْدَدْنٰكُمْ بِاَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَجَعَلْنٰكُمْ اَكْثَرَ نَفِيْرًا اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يَّرْحَمَكُمْۚ وَاِنْ عُدْتُّمْ عُدْنَاۘ وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكٰفِرِيْنَ حَصِيْرًا اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ وَّاَنَّ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا ࣖ

”Kami wahyukan kepada Bani Israil di dalam Kitab (Taurat) itu, “Kamu benar-benar akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan benar-benar akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” Apabila datang saat (kerusakan) yang pertama dari keduanya, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Itulah janji yang pasti terlaksana.

Kemudian, Kami memberikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka, membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak, dan menjadikanmu kelompok yang lebih besar. Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai.

Mudah-mudahan Tuhanmu melimpahkan rahmat kepadamu. Akan tetapi, jika kamu kembali (melakukan kejahatan), niscaya Kami kembali (mengazabmu). Kami jadikan (neraka) Jahanam sebagai penjara bagi orang-orang kafir. Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa bagi mereka ada pahala yang sangat besar dan sesungguhnya bagi orang-orang yang tidak beriman pada akhirat telah Kami sediakan bagi mereka azab yang sangat pedih.” (QS. al Isra’ 4-10)

Kebiadaban dan kerakusan pemimpin-pemimpin Yahudi akhir-akhir ini yang menyebabkan ratusan ribu orang terbunuh, menyebabkan banyak manusia di dunia muak terhadap ajaran Yahudi. Mereka juga mulai bertanya-tanya mengapa dulu Hitler kejam terhadap Yahudi? Jangan jangan karena Yahudi sendiri yang sifatnya memuakkan. Sombong, rakus dan bila punya kekuasaan bertindak biadab seperti binatang (drakula).

Dari sinilah kaum Yahudi yang kritis, mulai melihat ada yang salah dengan negaranya. Ada yang salah dengan pemimpin-pemimpinnya (politik dan spiritual). Ada yang salah dengan bangsanya.

Mereka kemudian mulai menengok bangsa Palestina yang ditindas Israel lebih dari 76 tahun. Mereka bertanya-tanya ada apa dengan keluarga-keluarga Palestina, meski anak-anak, saudaranya terbunuh kok mereka tetap tegar?

Mengapa pasukan tantara Hamas kok selalu membawa dan membaca Al-Qur’an bila mau perang atau dalam peperangan? Ada apa dengan Al-Qur’an?

Dan seperti kisah Umar bin Khattab ketika masuk Islam, ketika mereka membaca Al-Qur’an mereka gemetar. Ini bukan karya manusia, ini bukan karya Muhammad, ini bukan karya cendekia. Ini adalah karya Yang Maha Pencipta. Karya Yang Maha Bijaksana. Karya Yang ‘Maha Indah Sastranya’. Karya Yang ‘Maha Menyentuh Jiwa’.

Dan benarlah sabda Rasulullah Saw,

لَيَبْلُغَنَّ هَذَا اْلأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَلاَ يَتْرُكُ اللهُ بَيْتَ مَدَرٍ وَلاَ وَبَرٍ إِلاَّ أَدْخَلَهُ اللهُ هَذَا الدِّينَ بِعِزِّ عَزِيزٍ أَوْ بِذُلِّ ذَلِيلٍ عِزًّا يُعِزُّ اللهُ بِهِ اْلإِسْلاَمَ وَذُلاًّ يُذِلُّ اللهُ بِهِ الْكُفْرَ

“Sungguh perkara (agama) ini akan sampai ke seluruh dunia sebagaimana sampainya malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu rumah pun baik di kota maupun di desa kecuali Allah akan memasukkan agama ini dengan kemuliaan yang dimuliakan atau kehinaan yang dihinakan; kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan Islam dan kehinaan yang dengannya Allah menghina-dinakan kekufuran.” (HR Ahmad, al-Baihaqi, al-Hakim, ath-Thabrani, Ibn Bisyran dan Abu ‘Urubah)

Imam Ahmad mengeluarkan hadis di atas di dalam al-Musnad dari Abu al-Mughirah dari Shafwan ibn Sulaim, dari Sulaim ibn ‘Amir, dari Tamim ad-Dari. Al-Haytsami di Majma’ az-Zawâ’id berkomentar, “rijâl (para perawi) Ahmad rijâl ash-shahîh.”

Al-Hafizh ‘Abdul Ghaniy al-Maqdisi mengeluarkannya dalam “Dzikr al-Islâm.” Beliau mengatakan, “Hadis ini hasan sahih”. (Mengutip keterangan Ustadz Abdurrahman al Baghdadi kepada penulis).

Al-Miqdad ibn al-Aswad al-Kindiy juga menuturkan hadis senada. Ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:

لاَ يَبْقَى عَلَى ظَهْرِ اْلأَرْضِ بَيْتُ مَدَرٍ وَلاَ وَبَرٍ إِلاَّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ كَلِمَةَ الْإِسْلاَمِ بِعِزِّ عَزِيزٍ أَوْ ذُلِّ ذَلِيلٍ إِمَّا يُعِزُّهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَيَجْعَلُهُمْ مِنْ أَهْلِهَا أَوْ يُذِلُّهُمْ فَيَدِينُوْنَ لَهَا

“Tidak akan tersisa di muka bumi ini satu rumah pun baik di kota atau di kampung kecuali Allah akan memasukkan ajaran Islam di dalamnya dengan kemuliaan yang dimuliakan atau kehinaan yang dihinakan. Allah akan memuliakan mereka sehingga mereka menjadi pemeluknya atau sebaliknya menghinakan mereka sehingga mereka tunduk kepada Islam.” (HR. Ahmad, al-Baihaqi, al-Hakim, Ibn Hibban, al-Haytsami, Ibn Mandah dan al-Ashbahani). Wallahu azizun hakim. Wallahu alimun hakim. []

Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik.

TUTUP
TUTUP