BeritakanID.com - Dokter muda asal Tegal, dr. Aulia Risma Lestari, ditemukan tewas bunuh diri di kamar kosnya di Semarang, Jawa Tengah.
Tragedi ini mengguncang dunia medis, terutama setelah terungkap bahwa Aulia Risma Lestari diduga menjadi korban bullying selama menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi di Universitas Diponegoro (Undip).
Diduga, tekanan mental yang tak tertahankan mendorong Risma untuk mengambil langkah nekat ini.
Pihak rumah sakit tempat Risma bekerja mencoba menutupi penyebab kematian Risma dengan alasan medis, yakni sakit saraf kejepit.
Namun, fakta sebenarnya mulai terkuak ketika ditemukan buku harian milik korban yang mengungkap penderitaannya selama mengikuti program PPDS Anestesi.
Seperti dikutip Kilat.com pada Rabu, 14 Agustus 2024 di akun X @bambangsuling11. Dalam catatannya, Risma menulis tentang tekanan dan perundungan yang dialaminya, hingga akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan menyuntikkan obat bius.
"Dari hasil pemeriksaan korban suntik diri sendiri sehari sebelumnya menggunakan obat bius yang hanya bisa diakses oleh dokter anestesi atau program dokter spesialis anestesi," tulis @bambangsuling11.
Dokter muda ini ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya di Jalan Lempongsari, Kota Semarang, pada Senin, 12 Agustus 2024.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Risma diduga menyuntikkan obat bius yang hanya bisa diakses oleh dokter anestesi atau peserta PPDS Anestesi sehari sebelum ditemukan meninggal.
Insiden ini menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan tenaga medis, mengingat kepergian Risma meninggalkan banyak tanda tanya.
Pihak PPDS Anestesi Undip mencoba meredam isu ini dengan menyatakan bahwa korban memang sering menyuntikkan obat bius karena menderita saraf kejepit.
Namun, hal ini justru menimbulkan kecurigaan lebih lanjut dari rekan-rekan sejawat dan keluarga korban, yang merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Tekanan sosial dan profesional yang dialami Risma selama program PPDS diyakini menjadi penyebab utama di balik keputusan tragisnya.
Selain itu, beberapa rekan korban mengungkapkan bahwa mereka menduga kematian Risma sengaja ditutupi untuk melindungi nama baik institusi.
Mereka pun berjanji akan mengejar pelaku perundungan dan menyeret mereka ke ranah hukum.
Dalam pesan yang beredar di media sosial, salah satu rekan Risma mengajak publik untuk bersama-sama mengecam tindakan bullying di lingkungan akademik dan mendukung upaya penegakan hukum terhadap pelaku. (*)
Sumber: kilat