BeritakanID.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Timur telah melakukan pengundian nomor urut untuk calon gubernur dan wakil gubernur yang akan bertarung dalam Pilkada Jawa Timur 2024.
Pengundian yang dilaksanakan lewat rapat pleno terbuka di Hotel Mercure Surabaya, Jawa Timur pada Senin (23/9/2024) itu berlangsung meriah.
Tiga orang pasangan calon (paslon) hadir bersama para pendukung mereka.
Penetapan calon gubernur dan calon wakil gubernur ini tertuang dalam Surat Keputusan KPU Jatim Nomor 46 Tahun 2024.
Untuk proses pengundian nomor urut berdasarkan urutan kehadiran saat pendaftaran ke Kantro KPU.
Pasangan Khofifah-Emil Dardak mendapatkan kesempatan pertama karena paslon ini mendaftar di hari kedua pada 28 Agustus 2024.
Selanjutnya, paslon kedua yang mengambil undian nomor urut adalah pasangan Tri Rismaharini-Gus Hans.
Terakhir, dilakukan oleh pasangan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim.
Dalam pengundian, Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Hakim mendapat nomor satu.
Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak mendapatkan nomor dua.
Sedangkan Tri Rismaharini dan Kyai Haji Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans mendapat nomor tiga.
Suasana ketika penyerahan nomor urut awalnya Suasana awalnya biasana
Peristiwa mengejutkan terjadi sesaat ketiga paslon memegang nomor mereka.
Para pendukung Risma-Zahrul menyanyikan yel-yel Resik-resik.
Suasana yang semula tenang berubah menjadi meriah.
Saling berbalasan, pendukung Luluk-Lukmanul pun mengganti yel-yel Resik-resik dengan kata Fufufafa dan Harun Masiku.
Diketahui, Risma-Zahrul didukung PDIP, Hanura, dan Partai Ummat.
Yel-yel itu ditujukan karena Harun Masiku masih buron hingga saat ini.
"Fufu-fafa-fufu-fafa," teriak pendukung Luluk-Lukmanul kepada pendukung Risma-Zahrul.
Dikutip dari Tribunnews.com, Cagub Jawa Timur, Luluk Nur Hamidah dengan lantang bangga mendapatkan nomor urut satu.
"Kita punya tekat yang sama, kita akan punya satu nyali, punya satu jiwa, satu barisan, satu perjuangan untuk satu Jawa Timur yang lebih makmur," ujar Luluk.
Sementara itu, pasangan Khofifah-Emil Dardak bersyukur mendapatkan nomor urut dua.
"Yang paling baik adalah yang di tengah-tengah, karena ada tiga maka yang nomor dua adalah yang paling baik," kata Khofifah.
Khofifah berharap hal ini bisa menjadi perbaikan untuk semuanya.
Cagub Risma juga merasa spesial mendapatkan nomor urut tiga.
Pasalnya, angka tiga sama dengan nama Risma, yakni Tri Rismaharini.
"Ini mungkin doa orangtua saya, nomor saya sama dengan nama saya," kata Risma.
Risma menekankan agar proses demokrasi kali ini bisa berjalan baik tanpa adanya kecurangan dan gangguan.
Survei Pilkada Jatim 2024
1. Indopol Survey & Consulting
Sebelum resmi mendaftar di Pilkada Jatim 2024, nama Risma sudah digadang-gadang menjadi penantang kuat Khofifah di Pilkada Jatim 2024.
Direktur Indopol Survey & Consulting Fauzin menganalisa, jika dilihat dari konfigurasi politik Jatim, memang sangat memungkinkan untuk munculnya calon penantang.
Apalagi, dua partai pemilik kursi besar di DPRD Jatim, PKB dan PDIP belum juga menentukan sikap.
PKB berstatus sebagai pemenang Pileg di DPRD Jatim dengan 27 kursi.
Adapun PDIP memiliki 21 kursi hasil Pemilu 2024.
"Kami berharap masyarakat diberikan opsi dalam demokrasi.
Banyak pilihan justru semakin baik," kata Fauzin saat berbincang dalam podcast Mata Lokal Memilih di Studio TribunJatim Network, Senin (8/7/2024).
Menurutnya, Pilkada Jatim 2024 memang selalu menarik, karena segala dinamika politik yang mengiringi kontestasi selalu jadi pusat perhatian nasional.
Sehingga, dengan pertarungan melawan kotak kosong maka hanya akan menjadi preseden buruk demokrasi lima tahunan di Jatim.
Dalam kacamata ini, parpol harus memberikan banyak opsi kepada masyarakat.
Fauzin menjelaskan, terkait Pilkada Jatim 2024, Indopol Survey & Consulting sudah beberapa kali menggelar jajak pendapat publik.
Setidaknya dua kali yakni pada kurun Maret 2023 dan Juli 2023.
Dari dua kali survei itu, Fauzin menjelaskan, nama Khofifah Indar Parawansa sebagai kandidat calon gubernur memang unggul.
Meski dengan jarak angka elektabilitas yang relatif jauh, pesaing terdekat Khofifah dalam survei tersebut adalah Risma yang merupakan Menteri Sosial dan mantan Wali Kota Surabaya dua periode.
Menurut Fauzin, hal itu wajar, sebab Risma belum melakukan gerakan politik.
"Sehingga, kalau ditanya siapa penantang terkuatnya, berdasarkan beberapa survei kami, Bu Risma menjadi salah satunya" terang Fauzin.
Di luar nama Risma, Fauzin juga menilai KH Marzuki Mustamar mantan Ketua PWNU Jatim yang layak untuk maju sebagai kandidat penantang, sebagaimana wacana yang belakangan dimunculkan oleh PKB.
Meski belum memotret elektabilitas Kiai Marzuki, namun Fauzin menyebut, kriteria ulama atau tokoh masyarakat cukup banyak dipilih oleh responden dalam berbagai survei sebelumnya.
"Sehingga, di antara banyak tokoh Kiai Marzuki layak diwacanakan," ungkapnya.
2. Litbang Kompas
Hasil survei Litbang Kompas periode Juni 2024, memotret bahwa elektabilitas mantan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berada di posisi pertama dengan 29,8 persen.
Sedangkan elektabilitas Emil Elestianto Dardak sebesar 3,8 persen.
Kemudian, strong voters (pemilih loyal) atau responden yang pasti akan memilih Khofifah jika dicalonkan sebagai Gubernur Jawa Timur mencapai 31,6 persen.
Lalu, strong voters Emil Dardak 10,8 persen.
Namun, peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu menyebut bahwa masih terbuka peluang bagi kandidat lain untuk maju dan menjadi penantang kuat bagi Khofifah-Emil Dardak pada Pilkada Jatim 2024.
Menurut Yohan, masih ada 51 persen responden yang belum menjawab atau menjawab tidak tahu saat ditanyakan perihal kandidat calon Gubernur Jawa Timur.
"Dengan masih banyaknya responden yang belum menentukan pilihan, artinya masih terbuka luas bagi kandidat lain (selain Khofifah),” kata Yohan.
Apabila merujuk hasil survei, Yohan mengatakan, kandidat terkuat penantang Khofifah adalah Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Sebab, berada di posisi kedua dengan 13,6 persen.
"Kalau melihat dari elektabilitas yang kuat ada Risma di posisi kedua, yang paling memiliki pontensi,” ujarnya.
Selain itu, strong voters dari Risma juga berada di posisi kedua dengan 19,8 persen.
Meski responden yang belum menjawab atau menjawab tidak tahu saat ditanya apakah akan memilih politikus PDIP tersebut cukup tinggi yakni 31 persen.
Kemudian, swing voters (pemilih bimbang) atau responden yang menjawab akan mempertimbangkan memilih dari Khofifah, Risma, dan Emil Dardak masih tinggi, yakni di atas 40 persen.
Namun, Yohan juga mengingatkan bahwa elektabilitas tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya faktor penentu.
Sebab, masih banyak faktor lainnya yang menentukan terkait pengusungan calon kepala daerah.
“Tetapi tentu ada banyak variabel lain, seperti dukungan partai politik (parpol),” katanya.
Untuk diketahui, survei Litbang Kompas dilakukan pada 20-25 Juni 2024, dengan melibatkan sebanyak 500 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di Provinsi Jawa Timur.
Margin of error survei lebih kurang 4,38 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana, dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei yang dilakukan melalui wawancara tatap muka ini didanai sepenuhnya oleh Harian Kompas
Sumber: Wartakota