Megawati Jelaskan Sebab Pemimpin Bisa Berubah Ketika Berkuasa

Megawati Jelaskan Sebab Pemimpin Bisa Berubah Ketika Berkuasa

BeritakanID.com - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri memberikan orasi ilmiah untuk penganugerahan gelar profesor kehormatan bidang pariwisata dan warisan budaya dari Siilk Road International University of Tourism and Cultural Heritage (IUTCH), Uzbekistan, pada Sabtu (21/9/2024).

Penganugerahan dilakukan di Gedung Rektorat Silk Road IUTCH di Kota Samarkand, dihadiri sivitas akademika kampus. Acara dibalut juga dengan graduation ceremony untuk mahasiswa program master. Sivitas Akademika Silk Road IUTCH dipimpin sang Rektor, Aziz Abduhakimov. Nama yang disebut terakhir adalah juga menteri pariwisata dan warisan budaya di pemerintahan Uzbekistan.

Megawati sendiri hadir dengan didampingi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga, Guru Besar Fakultas Hubungan Internasional Universitas St Petersburg Connie Rahakundini Bakrie, Wakil Ketua MPR sekaligus Ketua DPP PDIP Bidang Luar Negeri Ahmad Basarah, Ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri Ismail, Ketua DPP PDIP Bidang Pariwisata SB Wiryanti Sukamdani, Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amarulla Octavian, Wakil Kepala BPIP Rima Agristina, Samuel Wattimena yang merupakan anggota DPR RI terpilih, serta pejabat KBRI Tashkent.

Orasi ilmiah Megawati berjudul “Jalan Kebudayaan dan Titik Temu Peradaban”. Di bagian awal, ia menjelaskan bahwa dalam pemahaman terhadap peradaban umat manusia, dirinya diajarkan oleh Soekarno atau yang sering disebut Bung Karno.

“Bagi saya pribadi, Bung Karno merupakan sosok ayah dan sekaligus guru. Beliau mengajarkan kepada saya bahwa politik itu kehidupan. Politik harus berorientasi pada peningkatan kualitas peradaban suatu bangsa. Dengan wataknya yang seperti ini, politik bertanggung jawab terhadap masa depan umat manusia sedunia,” kata Megawati.

Oleh Bung Karno, lanjutnya, juga diajarkan bahwa rakyat adalah sumber kebudayaan. Makna sumber kebudayaan itu sangatlah luas. Manusia sebagai makhluk sosial menyatukan diri dalam komunitas sosialnya, dan membangun kebudayaan bersama, hingga lahirlah bangsa-bangsa.

Dalam komunitas bangsa itu tercipta suatu kehendak bersama, aturan hidup bersama, komitmen terhadap nilai yang disepakati, dan membangun moralitas kelompok, hingga sistem kehidupan berbangsa melalui tatanan hukum bernegara.

Jadi, kata Megawati, kebudayaan adalah jalan peradaban umat manusia. Dengan menempatkan rakyat sebagai sumber kebudayaan, maka makna kekuasaan pemimpin juga berangkat dari keseluruhan kehendak kolektif rakyat yang dipimpinnya.

“Sekuat apa pun kekuasaan yang dimiliki pemimpin, tidak bisa dilepaskan dari kehendak kolektif rakyat yang membentuknya,” imbuhnya.

Namun dalam praktiknya, banyak pemimpin yang melepaskan diri dari hakekat power itu. Dan baginya, sekiranya pemimpin melepaskan diri dari ide atau gagasan yang membentuknya, maka pemimpin itu kehilangan hakekat kekuasaannya dan hanya sekadar menjadi aktor.

“Sekiranya pemimpin melepaskan diri dari ide atau gagasan yang membentuknya, maka pemimpin itu kehilangan hakekat kekuasaannya dan hanya sekadar menjadi aktor. Aktor inilah yang kemudian melakukan justifikasi terhadap kebijakan yang diambilnya,” urai Megawati.

“Demi justifikasi, kuasa yang dimiliki aktor bisa memunculkan kekerasan termasuk menggunakan hukum guna mempertahankan kekuasaannya. Fenomena inilah yang melahirkan perubahan perilaku kekuasaan pemimpin,” tegas Megawati.

Berikut daftar gelar kehormatan yang diperoleh Megawati:

1. Waseda University of Tokyo, Tokyo, Jepang, 29 September 2001 (Bidang Politik).

2. Moscow State Institute of International Relations (MGIMO), Moskow, Rusia, 22 April 2003 (Bidang Politik).

3. Korea Maritime and Ocean University, Busan, Korea Selatan, 19 Oktober 2015 (Bidang Politik)

4. Universitas Padjajaran (UNPAD), Bandung, Indonesia, 25 Oktober 2016 (Bidang Politik dan Pemerintahan).

5. Universitas Negeri Padang (UNP), Kota Padang, Indonesia, 27 September 2017 (Bidang Pendidikan Politik).

6. Mokpo National University, Kota Mokpo, Korea Selatan, 16 November 2017 (Bidang Demokrasi Ekonomi).

7. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Bandung, Indonesia, 8 Maret 2018 (Bidang Politik dan Pemerintahan).

8. Fujian Normal University (FNU), Fuzhou, Fujian, Tiongkok, 5 November 2018 (Bidang Diplomasi Ekonomi).

9. Soka University Japan, Tokyo, Jepang, 8 Januari 2020 (Bidang Kemanusiaan).

10. Universiti Tunku Abdul Rahman, Malaysia, 2 Oktober 2023 (Bidang Sosial).

Berikut dua gelar profesor kehormatan Megawati:

1. Seoul Institute of the Arts (SIA), Seoul, Korsel, 11 Mei 2022. (Bidang Ilmu Kebijakan Seni dan Ekonomi Kreatif).

2. Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Bogor, Indonesia, 11 Juni 2021. (Bidang Ilmu Kepemimpinan Strategik).

Sumber: era

TUTUP
TUTUP