Sifat Para Nabi dan Rasul

Sifat Para Nabi dan Rasul

Siddiq, amanah, tabligh, fathanah, adalah sifat para Nabi dan Rasul. Sebab tugas Nabi dan Rasul dalam menyampaikan risalah dari Allah SWT menuntut para Nabi dan Rasul untuk memiliki sifat siddiq, amanah, tabligh, fathanah.

Para Nabi dan Rasul, utamanya Rasulullah Muhammad Saw memiliki tugas yang sangat berat yaitu menyampaikan risalah dari Allah SWT apa adanya, tidak mengikuti hawa nafsunya, melainkan harus sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Allah SWT saja.

Firman Allah SWT:

قُلۡ اِنَّمَاۤ اُنۡذِرُكُمۡ بِالۡوَحۡىِ ‌‌ۖ وَلَا يَسۡمَعُ الصُّمُّ الدُّعَآءَ اِذَا مَا يُنۡذَرُوۡنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya memberimu peringatan sesuai dengan wahyu.” Tetapi orang tuli tidak mendengar seruan apa-bila mereka diberi peringatan.” ( QS. Al-Anbiya : 45).

وَمَا يَنۡطِقُ عَنِ الۡهَوٰىؕ

“dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut keinginannya.” (QS. An-Najm: 3).

اِنۡ هُوَ اِلَّا وَحۡىٌ يُّوۡحٰىۙ‏

“Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),” (QS. An-Najm: 4)

قُلْ لَّاۤ اَقُوۡلُ لَـكُمۡ عِنۡدِىۡ خَزَآٮِٕنُ اللّٰهِ وَلَاۤ اَعۡلَمُ الۡغَيۡبَ وَلَاۤ اَقُوۡلُ لَـكُمۡ اِنِّىۡ مَلَكٌ‌ ۚ اِنۡ اَتَّبِعُ اِلَّا مَا يُوۡحٰٓى اِلَىَّ‌ ؕ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِى الۡاَعۡمٰى وَالۡبَصِيۡرُ‌ ؕ اَفَلَا تَتَفَكَّرُوۡنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.” Katakanlah, “Apakah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (QS. Al-An’am : 50).

Karenanya sifat para Nabi dan Rasul, yaitu siddiq, amanah, tabligh, fathanah, menjadi faktor utama dalam keberhasilan menyampaikan risalah langit, wahyu dari Allah SWT. Sebab Allah SWT benar-benar menjaga utusan-Nya dengan menyematkan secara sempurna sifat-sifat mulia tersebut dalam diri para Nabi dan Rasul, termasuk Rasulullah Muhammad Saw.

Adapun sifat siddiq pada Nabi dan Rasul artinya adalah benar. Maksudnya ialah tiap-tiap perkataan yang diucapkan atau disampaikan oleh para Nabi dan Rasul sifatnya selalu benar bersumber dari Allah SWT.

Sedangkan amanah menurut bahasa adalah janji atau titipan, yakni sesuatu yang dipercayakan seseorang. Adapun secara etimologis dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari amina-amanatan yang berarti jujur atau dapat dipercaya.

Adapun tabligh artinya menyampaikan. Secara bahasa, kata tabligh sendiri berasal dari kata dasar بَلَغَ yang artinya sampai. Dari konteks dakwah sendiri, tabligh diartikan sebagai menyampaikan atau menginformasikan ajaran Allah SWT kepada manusia, tujuannya agar diimani dan dipahami, serta juga dijadikan sebagai pedoman hidup. Sebab Nabi dan Rasul Allah hanya menyampaikan apa yang Allah suruh kepadanya tanpa ada yang tertinggal.
Sifat tabligh pada diri Rasulullah Muhammad Saw mensyaratkannya untuk menjadi orang yang tidak melakukan ijtihad. Sebab ijtihad akan berkonsekuensi pada benar dan salahnya hasil ijtihad.

Sedangkan Rasulullah Saw adalah manusia yang tidak mungkin melakukan kesalahan atau bersifat ma’sum. Sebab Allah SWT sebagai zat yang mengangkat Muhammad Saw sebagai Nabi dan Rasul Saw tidak akan memerintahkan manusia untuk mengikuti dan meneladani kesalahan. Sedangkan Rasulullah Muhammad Saw adalah sosok Nabi dan Rasul yang wajib diikuti dan diteladani, dan tidak mungkin manusia diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengikuti dan meneladani kesalahan.

Karena itu Rasulullah Saw tidak mungkin melakukan perbuatan salah dalam masalah penetapan hukum (tasyri), sebagai akibat dari salah dalam berijtihad. Karenanya sifat tabligh pada diri Rasulullah Muhammad Saw mensyaratkannya bahwa Rasulullah Saw bukanlah seorang mujtahid, tidak berijtihad, namun adalah seorang Nabi dan Rasul yang menyampaikan hukum-hukum yang Allah SWT tetapkan untuk manusia (tasyri’).

Adapun hadist Rasul tentang penyerbukan kurma yang dijadikan sebagai dalil bahwa Rasulullah adalah seorang mujtahid, dimana kemudian Rasulullah Saw bersabda:

أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ

“…kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.” (HR. Muslim)

atau hadist tentang strategi perang dalam peristiwa perang badar ataupun perang uhud ataupun perang khandaq dan yang lainnya, justru bukanlah hadist yang menunjukan bahwa Rasulullah Saw adalah seorang mujtahid, sebab seluruh hadist yang berkaitan dengan peristiwa tersebut terkait dengan uslub dan strategi perang bukan terkait dengan hukum perang (penetapan hukum perang (tasyri).

Hal yang kemudian menunjukan bahwa Rasulullah Saw bukanlah seorang mujtahid yang menetapkan hukum, akan tetapi adalah Nabi dan Rasul yang menyampaikan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Sebagaimana dalam peristiwa penetapan hukum dzihar dan li’an, dimana Rasulullah Saw tidak langsung memberikan jawaban atas pertanyaan para sahabat terkait hal demikian, namun Rasulullah Saw menunggu jawaban dari Allah SWT dengan menunggu turunnya wahyu yamg terkait dengan masalah tersebut, sebab terkait dengan penetapan hukum atau hal yang bersifat tasyri, kemudian menyampaikannya kepada manusia.

Karenanya sifat tabligh pada diri Rasulullah Saw mensyaratkannya atas ketiadaan sifat mujtahid dalam diri Rasulullah Saw. Dan sifat tabligh pada diri Rasulullah Saw justru menunjukan bahwa Rasulullah Muhammad Saw sebenar-benarnya Nabi dan Rasul yang menyampaikan wahyu Allah SWT apa adanya.

Adapun fathanah berarti orang yang pandai atau cerdas. Rasul merupakan manusia pilihan yang mempunyai kecerdasan tinggi.

Fathanah artinya cerdas tersebut dibutuhkan untuk menjalankan tugas dari Allah SWT. Beliau menyampaikan ribuan ayat Al–Qur’an, menjelaskan dalam puluhan ribu hadits, menjelaskan firman–firman Allah, dan dituntut mempunyai kemampuan berdebat dengan orang kafir dengan cara sebaik mungkin.

Oleh sebab itu, wajar jika Rasulullah juga mempunyai banyak peran semasa hidupnya. Beliau berperan sebagai tokoh Islam, pemimpin, pebisnis, panglima perang hingga politisi, namun bukan seorang mujtahid, walaupun memiliki kecerdasan luar biasa dalam dirinya. Akan tetapi kecerdasannya digunakan untuk menerima seluruh wahyu yang sampai padanya yang akan disampaikan kepada seluruh umat manusia.

Demikian empat sifat yang wajib ada pada diri setiap Nabi dan Rasul, termasuk Rasulullah Muhammad Saw, sebab tugasnya bukanlah tugas yang ringan dan remeh. Namun tugas yang dipikulnya adalah tugas yang sangat besar dan berat yaitu menyampaikan risalah Allah SWT untuk seluruh umat manusia, hingga umat manusia bisa tertunjuki dengan risalah itu dan selamat kehidupannya di dunia dan akhirat.

Karenanya wajib bagi setiap muslim untuk mengimani dan meneladani empat sifat yang dimiliki para Nabi dan Rasul, dalam menjalani kehidupan, melakukan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Wallahua’lam.

Ayu Mela Yulianti, S.Pt., Pegiat Literasi dan Pemerhati Kebijakan Publik.

Sumber: suaraislam

TUTUP
TUTUP