Tak Kuat Bayar Utang Rp24 Triliun, Inilah Profil Sritex Kebanggaan Jokowi yang Kini Tinggal Sejarah


BeritakanID.com - Kini, Indonesia kehilangan perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara. Yakni, PT Sri Rejeki Isman (SRIL/Sritex) Tbk bangkrut karena tak kuat menyangga utang US$1,54 miliar, setara Rp24,6 triliun (kurs Rp16.000).

Keputusan bangkrut ditetapkan Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri (PN) Semarang, Jawa Tengah (Jateng) nomor 2/Pdt.Sus- Homologasi/2024/PN Niaga Smg oleh Hakim Ketua, M Ansor pada Senin (21/10/2024).

Ketika masih berkuasa, Jokowi seringkali membanggakan pabrik tekstil yang bermarkas di Jetis, Kabupaten Sukoharjo, Jateng ini. Perusahaan ini sempat terseret skandal bansos pada 2021.

Saat pandemi COVID-19, perusahaan tekstil ini mendapat order pembuatan tas kain atau goodie bag dari Kementerian Sosial (Kemensos).

Belakangan ditemukan adanya korupsi yang menyeret Juliani Batubara. menjabat menteri sosial (mensos) saat itu.

Muncul juga dugaan 'cawe-cawe' Gibran Rakabuming Raka, sehingga Sritex menang tender proyek yang nilainya lumayan.

Profil Sritex

Sritex didirikan HM Lukminto sebagai perusahaan perdagangan tradisional pada 1966, berkantor di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah. Namanya saat itu masih UD Sri Rejeki.

Dua tahun kemudian, UD Sri Rejeki membangun pabrik kain mentah dan bahan putihan di Joyosuran, Solo. Pada 1978, Sritex terdaftar di Kementerian Perdagangan sebagai perseroan terbatas (PT).

Kemudian pada 1982, Sritex mendirikan pabrik tenun pertama. Perusahaan terus berkembang hingga dipercaya memproduksi seragam militer untuk pasukan militer NATO dan Jerman pada 1984.

Pada 1992, Sritex memperluas pabrik dengan empat lini bisnis, yakni pemintalan, penenunan, sentuhan akhir dan busana dalam satu lokasi.
Saat kismon (krisis moneter) 1998, Sritex masih mampu bertahan dan berhasil melipatgandakan pertumbuhannya hingga 8 kali ketimbang awal terintegrasi pada 1992.

Sritex terus berkembang hingga kemudian sahamnya resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2013, berkode emiten SRIL.

Perusahaan ini pun terus berekspansi hingga menuai pujian dari Jokowi yang hadir dalam peresmian perluasan pabrik Sritex pada 2017 di Sukoharjo, Jateng. 

Jokowi kagum lantaran Sritex berhasil dipercaya membuat seragam tentara untuk 30 negara. Termasuk 8 negara di Eropa.

Sritex bahkan memproduksi seragam militer untuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO. Dan, Sritex satu-satunya pemegang lisensi di Asia yang berhak memproduksi seragam militer Jerman.

Masuk 2020, kinerja Sritex mulai berat. Saat ekonomi dihantam pandemi COVID-19, Sritex masih bisa bertahan. Labanya mencapai US$ 85,32 juta.

Setahun berikutnya, neraca keuangan Sritex ambrol. Ada kerugian hingga US$1,08 miliar atau setara Rp15,66 triliun rupiah (kurs Rp14.500/US$).

Sejak itulah, kinerja Sritex mulai berdarah-darah. Hingga sahamya kena suspend BEI pada 18 Mei 2021.

Ya apalagi kalah bukan gagal bayar utang, baik cicilan pokok maupun bunga medium term note (MTN) Sritex tahap III 2018 ke-6 (USD-SRIL01X3MF). Suspensi kemudian diperpanjang 24 bulan hingga 18 Mei 2023.

Setelah melalui proses panjang, keuangan Sritex tak kunjung membaik. Justru semakin parah. Tahun ini, perusahaan tekstil yang dibanggakan Jokowi itu tinggal sejarah. (***)

Sumber: inilah

TUTUP
TUTUP