BeritakanID.com - Dalam sebuah pidato yang fenomenal, Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno pernah mengucap, “Beri aku 1.000 orangtua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Pemuda adalah agen perubahan. Nasib bangsa ke depan, ditentukan oleh peran pemuda hari ini. Kalaulah bukan karena pemuda yang ‘menculik’ Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat, mungkin Indonesia belum lagi merdeka.
Namun apalah jadinya negeri ini jika pola pikir pemuda Indonesia seperti yang diperlihatkan oleh Ketua Umum DPP KNPI La Ode Umar Bonte. Secara serampangan, ia diduga melakukan ujaran kebencian dan tindakan rasis.
Lewat unggahan video di akun TikTok @umarbonte01, La Ode Umar Bonte tegas menolak Anies Baswedan menjadi Presiden Republik Indonesia pada 2024-2029. Ia pun mengajak pemuda dan masyarakat untuk memiliki sikap yang sama dengan dirinya.
“Sebagai Ketua Umum DPP KNPI, secara tegas dan lugas saya tidak ingin Anies Baswedan menjadi Presiden Republik Indonesia,” katanya dengan berapi-api, seperti dikutip KBA News, Jum’at, 12 Mei 2023.
Dalam Pemilu, berbeda pilihan adalah hal yang biasa. Tapi jika yang diperlihatkan adalah agitasi bukan argumentasi, maka peran sentral pemuda sebagai agen pencerah dan perekat bangsa menjadi ternodai oleh ulah oknum yang ugal-ugalan.
“Saya setuju Anda lahir dan besar di sini, tetapi Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun, mereka memiliki anak dan lahir di sini. Mereka tetap saja penjajah dan tetap saja bukan bangsa Indonesia,” ucap pemuda yang mengenakan seragam warna biru navy.
Demi menolak Calon Presiden Anies Baswedan, Umar Bonte lalu menawarkan sebuah ilustrasi yang menunjukkan betapa dangkalnya logika berpikir yang digunakan. Bukan saja dangkal, tapi pernyataannya justru ahistoris.
“Saya beri ilustrasi, Anda boleh saja lahir dan besar di rumah saya, tetapi untuk menjadi tuan rumah di rumah saya tidak akan mungkin saya beri kesempatan itu.Tidak logis namanya,” ujarnya.
“Anda boleh saja memiliki orang tua, atau mengaku memiliki orang tua menjadi pahlawan di negara ini, tetapi untuk menjadi presiden sadar diri. Jangan. Ini yang saya ingin mengunggah. Terimakasih,” pungkasnya.
Pernyataan Ketua Umum DPP KNPI jelas bertentangan dengan bunyi UUD 1945 Pasal 6 ayat (1) yang menyebutkan bahwa, “Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.”
Calon Presiden Anies Baswedan jelas dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat, Indonesia pada 7 Mei 1969. Dan berdasarkan fakta sejarah, warga keturunan Arab di Indonesia secara nyata menunjukkan loyalitasnya kepada Indonesia dengan satu kewarganegaraan. Sebagaimana diketahui, PAI dibubarkan pasca-Indonesia merdeka.
Tampaknya Umar Bonte harus membuka lembaran buku-buku sejarah bahwa pada tahun 1934, Partai Arab Indonesia atau Persatuan Arab Indonesia (PAI) didirikan. Bahkan sebelum negara ini merdeka, mereka telah mengakui dan memperjuangkan nama Indonesia.
Sebagai bentuk komitmennya kepada Indonesia, dalam sebuah kongres PAI di Surabaya, Sayyid Abdullah bin Salim al-Attas menyampaikan pidato yang menggugah, “PAI hanya bisa memperjuangkan kepentingan orang-orang Indonesia melalui jalan politik.”
Dan siapakah pendiri Partai Arab Indonesia atau Persatuan Arab Indonesia (PAI) itu? Tiada lain, ia adalah kakeknya Calon Presiden Anies Baswedan, yakni H. Abdurrahman Baswedan atau A.R. Baswedan. Ia adalah seorang Pahlawan Nasional asal Surabaya, Jawa Timur.
Sumber: kbanews