Survei Poltracking: Prabowo-Gibran Unggul Jauh di Jawa Timur, Ganjar-Mahfud Justru Merosot

Survei Poltracking: Prabowo-Gibran Unggul Jauh di Jawa Timur, Ganjar-Mahfud Justru Merosot

BeritakanID.com - Hasil survei Poltracking terbaru menunjukkan elektabilitas capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Gibran unggul di Jawa Timur. 

Beberapa hari menjelang pencoblosan, Lembaga Survei Poltracking Indonesia merilis hasil survei elektabilitas tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang bersaing di Pilpres 2024, khususnya di Provinsi Jawa Timur.  

Jawa Timur menjadi fokus perhatian karena dianggap sebagai daerah yang potensial untuk meraih suara para paslon.  

Saat kampanye memasuki tahap akhir, ketiga capres-cawapres semakin aktif dalam menyapa masyarakat, termasuk di Jawa Timur. 

Direktur Riset Poltracking Indonesia Arya Budi memberikan alasan mengapa Jatim menjadi provinsi yang sangat diincar oleh para calon presiden.

“Ada beberapa hal yang penting untuk kita bedah, pertama tentu dia (Jatim) menjadi salah satu provinsi yang secara populasi sangat gemuk setelah Jawa Barat, Jawa Timur adalah terbesar kedua kemudian disusul Jateng,” ujarnya.

Kedua, menurutnya secara tradisional di 10 tahun terakhir Jatim juga menjadi salah satu provinsi yang dianggap kompetitif.  

Dari survei yang dilakukan lembaga Poltracking pada 25-31 Januari 2024 di 11 Dapil DPR RI Jatim paslon nomor urut 2 Prabowo-Gibran mendapatkan elektabilitas tertinggi dengan persentase mencapai 60,1%.  

Sementara elektabilitas paslon nomor urut 3 Ganjar-Mahfud berada di angka 17,2% dan paslon nomor urut 1 Anies-Muhaimin elektabilitasnya 14,9%. Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda merilis survei dari tanggal 25-31 Januari 2024 dengan 8.000 responden menunjukkan bahwa elektabilitas pasangan nomor urut 02 lebih unggul.  

“Temuannya yang paling utama memang elektabilitas pasangan 01 itu 14,9% kemudian paslon 02 60,1% dan paslon 03 17,2%,” ujarnya. 

Ia juga menjelaskan Ganjar lebih unggul dibandingkan Prabowo saat sebelum pemasangan cawapres, penurunan dan penaikkan ini terbukti dengan persenan yang relatif sama di angka 20%. “Sementara paslon 01 itu stagnan. 

Jadi kesimpulannya dari tren, 02 mengalami kenaikan yang sangat tajam, 03 turun tajam dan 01 stagnan,” jelas Hanta. 

Tiga hal yang menjadi faktor penurunan pendukung dari paslon 03 di Jatim menurut Hanta Yuda yaitu Jokowi, migrasi dan fusi.     

“Faktor Jokowi itu yang menyebabkan paling tidak ada perubahan yang signifikan yaitu begitu cawapresnya ditetapkan adalah Mas Gibran, faktor kedua migrasi pemilih Mas Ganjar itu migrasi besar-besaran ke Prabowo-Gibran, pemilih NU juga sekarang 80% yang terasosiasi NU di Jawa Timur itu 60%nya ke Prabowo-Gibran, pemilih Pak Jokowi,” jelasnya. 

Faktor ketiga ini sebagai fusi (penggabungan) akumulasi dimana pendukung Jokowi terpecah karena bergabung basis-basis PDI Perjuangan (PDIP). 

Lalu jika tidak memenangkan Jatim, apakah tidak akan menang secara nasional? Menurut Muhtadi, Jatim adalah provinsi kunci yang menentukan pemenang Pilprees secara nasional, hal itu mengacu pada pengalaman Pilpres pertama. 

“Pilpres pertama kali dilakukan secara langsung 2004 sampai 2019 jadi, tidak ada capres yang menang secara nasional tanpa memenangkan Jawa Timur,” ujarnya.

“Jadi capres seperti Pak Jokowi misalnya kalah dua kali di Jawa Barat tetapi secara nasional masih bisa menang karena di Jawa Timur dan juga Jawa Tengah beliau Menang telak. 

Demikian juga zaman Pak SBY dua kali sejak 2004 dan 2009 unggul secara nasional dengan mengantongi kemenangan di Jawa Timur,” tambahnya

Sumber: tvOne

TUTUP
TUTUP