Aksi di Jakarta Perlu Jelang Putusan MK, Juga Sporadis di Banyak Daerah

Aksi di Jakarta Perlu Jelang Putusan MK, Juga Sporadis di Banyak Daerah

BeritakanID.com - Sejumlah elemen masyarakat dari berbagai daerah berniat mendatangi Mahkamah Konstitusi (MK) jelang pembacaan putusan sidang perkara sengketa Pilpres 2024. Di sisi lain, aksi sporadis yang dilakukan di banyak tempat di daerah-daerah juga perlu dilakukan.

Pakar Telematika Dr KMRT Roy Suryo mengaku sudah mendapatkan kabar rencana masyarakat yang hendak berbondong-bondong menuju gedung MK. “Kalau saya menyarankan lebih baik semuanya bersuara secara sporadis dari pada semua harus terpusat di Jakarta,” katanya dalam acara Syawalan Demokrasi yang diikuti KBA News di Pendopo Suronatan, Notoprajan, Kota Yogyakarta, Sabtu, 13 April 2024 sore.

“Aksi gerakan ada di Titik Nol, Tugu Jogja, UGM, UII KM 14, itu jauh lebih bermakna dari pada semuanya harus berangkat ke Jakarta,” kata Roy Suryo.

Mantan politikus Partai Demokrat ini mengungkapkan, aksi dari berbagai kota justru menunjukkan kekuatan rakyat merata di Indonesia yang menginginkan agar MK memberikan putusan yang bijaksana. “Aksi lain juga akan terjadi seperti di kampus-kampus seperti Unam, Unhas, dan lainnya,” katanya.

Kerabat Puro Pakualaman Yogyakarta ini mengungkapkan, aksi di daerah didengar bahkan bisa viral dan menggerakkan daerah lain melakukan hal serupa. “Kita masih ingat aksi yang dilakukan Prof Koentjoro di UGM. Kampus-kampus lain juga melakukan aksi serupa,” ungkapnya.

Menurut dia, aksi di Yogyakarta maupun daerah lain menjelang putusan MK akan memberi warna berbeda karena aksi di Jakarta sudah ada. “Aksi di daerah juga perlu ada. Saya tidak bermaksud mengecilkan semangat teman-teman yang mau aksi di Jakarta, kalau tetap mau ke Jakarta silakan. Tapi yang tidak bisa berangkat, bisa berteriak di Jogja atau daerah lain,” jelasnya.

Dia mencontohkan, dampak positif aksi yang digelar di luar Jakarta. “Teman-teman diaspora di Amerika Serikta juga akan mengirimkan Amicus Curiae, dan itu berpengaruh. Mereka bersuara di Amerika. Jika mereka pulang dan bersuara di Indonesia, mungkin tidak bisa didengar oleh PBB atau dunia,” kata Roy.

Menurut dia, hasil dari aksi diaspora di Amerika ini membuat salah satu anggota Komite HAM PBB akhirnya juga bersuara soal Pemilu di Indonesia yang diduga kuat sarat kecurangan bahkan kejahatan.

“Jadi lebih baik sporadis. akan lebih bergema suaranya karena terjadi di banyak daerah. Itu akan berpengaruhnya, kami yakin MK tidak buta dan tidak tuli, kami yakin mereka juga memantau gerakan dari berbagai daerah,” jelasnya. 

Sumber: kba

TUTUP
TUTUP